Senin, 30 Mei 2016

WAJIB MENGHORMATI TAMU WALAU DIA KAFIR ( Oleh : Amirudin Faisal )

WAJIB MENGHORMATI TAMU WALAU DIA KAFIR
Ditulis kembali oleh : Amirudin Faisal

Dahulu, Nabi Ibrahim As. punya kebiasaan tidak makan kecuali dengan para tamu. Kebiasaan Nabi Ibrahim As. tersebut masyhur di kalangan masyarakat. Hingga suatu saat ada seseorang tamu yang mendatangi Nabi Ibrahim As. Tamu itu berkata, "Saya mendengar bahwa kamu adalah seseorang yang tidak makan melainkan dengan para tamu. Saya datang ke tempatmu meminta agar saya diberi makan dan mendapatkan jamuan darimu."
Kemudian Nabi Ibrahim berkata, "Baik, saya akan menjamumu. Tapi sebelumnya saya mau tahu apa agamamu? Apakah kau seseorang yang menyembah Allah?"
"Tidak, saya bukan seseorang yang menyembah Allah." Jawab tamu tersebut.
Nabi Ibrahim lalu berkata, "Kalau kamu mau saya jamu, kamu harus beriman kepada Allah Swt. terlebih terdahulu."
Seseorang itupun tidak mau mengikuti ajakan Nabi Ibrahim As. Kemudian tamu itu pergi begitu saja.
Beberapa saat kemudian Allah Swt. menurunkan wahyu kepada Nabi Ibrahim, "Hai Ibrahim, seseorang itu sudah puluhan tahun kafir kepadaKu. Biarlah itu menjadi urusan dia dan Aku. Dan selama puluhan tahun itu pula Aku tidak pernah menghentikan pemberian rizki kepadanya. Baru hari ini saya mengirimnya kepadamu. Aku mewakilkan rizkiKu untuk dia melaluimu. Kenapa kau mempersyaratkan macam-macam kepadanya?"

Setelah mendapatkan teguran dari Allah Swt., Nabi Ibrahim pun bergegas pergi mencari orang tersebut. Setelah ketemu, Nabi Ibrahim mengajaknya ke rumah untuk menjamunya.
"Tidak! Tidak! Kenapa tadi sewaktu saya mendatangi rumahmu, engkau menolak menjamuku dan mempersyaratkan macam-macam?" Sanggah orang tersebut.
Nabi Ibrahim kemudian menjawab, "Gara-gara kamu, aku mendapatkan teguran dari Allah Swt."
Dengan terheran-heran orang itu membalas, "Tuhanmu menegurmu gara-gara saya? Baik sekali Tuhanmu. Kalau begitu, mulai sekarang aku akan mengikuti ajaranmu, aku beriman kepada Allah Swt."
(Transkip petikan ceramah Habib Jindan bin Novel di Alfachriyah via fp islamuna.info Googlenya) Aswaja).
‪#‎jadilah‬ manusia yang memanusiakan manusia.

Minggu, 29 Mei 2016

Sejarah Semboyan Bhineka Tunggal Ika (Oleh : Ronny Leung)

Semboyan Bhineka Tunggal Ika
Bhinneka Tunggal Ika, tentunya semua mengenal semboyan ini. Tahukah Anda arti dari semboyan tersebut? Kalimat Bhinneka Tunggal Ika dapat kita lihat terpampang jelas pada lambang Garuda Pancasila, yakni pada pita di bagian kakinya. Menurut sejarah, peletakan semboyan Bhineka Tunggal Ika pada kaki burung garuda tersebut merupakan gagasan dari Presiden Soekarno. Semboyan ini telah mengakar kuat dalam jiwa masyarakat Indonesia, jauh sebelum Negara ini terbentuk. Bukan sekedar kalimat biasa, tetapi kalimat semboyan ini memiliki arti penting bagi perjalanan sejarah bangsa Indonesia yang dikenal sebagai bangsa yang majemuk. Dalam kemajemukan itulah, Bhineka Tunggal Ika memainkan peranannya sebagai semboyan pemersatu.

Nah, pada kesempatan ini kami akan menjelaskan kepada Anda arti dari semboyan Bhineka Tunggal Ika dan seberapa penting posisinya bagi bangsa Indonesia, selamat membaca.
Sejarah Bhineka Tunggal Ika

Kalimat semboyan Bhinneka Tunggal Ika pertama kali dimuat dalam sebuah karya berjudul Kekawin Purusadasanta (Kitab Sutasoma), yang ditulis oleh Mpu Tantular tujuh abad silam pada zaman kerajaan Majapahit. Kalimat tersebut sebenarnya dibuat Mpu Tantular untuk menyatukan perbedaan yang ada dalam dua agama besar saat itu, yakni Buddha dan Hindu. Bunyi lengkap Bhinneka Tunggal Ika, seperti yang termuat dalam kitab tersebut adalah sebagai berikut:

Rwaneka dhatu winuwus Buddha Wisma, Bhinneki rakwa ring apan kena parwanosen, Mangka ng Jinatwa kalawan Siwatatwa tunggal, Bhinneka Tunggal Ika tan hana dharma mengrwa. Artinya: bahwa agama Buddha dan Siwa (Hindu) merupakan zat yang berbeda, tetapi nilai-nilai kebenaran Jina (Buddha) dan Siwa adalah tunggal. Tercepah belah, tetapi satu jua, artinya tidak ada dharma yang mendua.

Moh. Yamin merupakan tokoh yang pertama kali mengusulkan agar semboyan Bhinneka Tunggal Ika tersebut diadopsi menjadi semboyan Negara. Usul ini diterima oleh Soekarno dan ikut menjadi pembahasan dalam rapat BPUPKI. Akhirnya, semuanya sepakat untuk menjadikan kalimat ini sebagai semboyan bangsa Indonesia bersama-sama dengan burung Garuda yang ditetapkan sebagai lambang negara Indonesia.
Arti Bhineka Tunggal Ika

Lantas, apa arti dari semboyan Bhineka Tunggal Ika? Kalimat Bhinneka Tunggal Ika terdiri dari tiga suka kata, yakni Bhinneka, Tunggal, dan Ika. Dalam ungkapan Jawa Kuno, masing-masing kata tersebut memiliki arti; "Bhinneka" berarti "beragam", "Tunggal" berarti "satu", dan "Ika" berarti "itu". Sekarang ini, gabungan dari semua kata tersebut umum diartikan sebagai "Berbeda-beda tapi tetap satu jua".

Bagi bangsa Indonesia, kalimat ini merupakan kalimat pengikat atau pemersatu. Kalimat tersebut mempunyai makna agar masyarakat utuh dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Negara yang bersatu tidak mudah terpecah belah serta kokoh dalam menghadapi ancaman.